Post Date:

FH UB – Tim Trium Legatum perwakilan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (FH UB) meraih tiga prestasi sekaligus, yakni sebagai juara satu, best speaker, dan pemenang Piala Sultan Alauddin Makassar (PSAM). Debat Hukum PSAM 2025 diselenggarakan oleh Lembaga Debat dan Riset Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Perlombaan diselenggarakan secara daring pada (17-24/05/2025) dengan mengangkat tema “SIMBOL: Sinergi, Inspirasi Menuju Prestasi Unggul dan Lestari”.

Tim terdiri dari Frascatia Romaya Dewi (2022), Vinli Ikva Hani (2022), dan Ferio Ivan Mulyono (2022). Ketiganya merupakan pengurus Komunitas Debat Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (KDFH UB).

Perlombaan dilakukan melalui lima tahap. Pada tahap pertama tim diharuskan membuat video pro dan kontra terkait mosi yang ditentukan. Selanjutnya terdapat pertandingan babak 16 besar, 8 besar, semifinal, dan final. Sistem penilaian dilakukan berdasarkan matter, manner, dan method.

Anggota Delegasi Vinli menyampaikan bahwa mosi yang diperdebatkan mengambil isu kontemporer di Indonesia. Misalnya pada mosi final, tim mendapatkan mosi “Perlindungan Hak Anak Sesuai Undang-Undang Perlindungan Anak bagi Pelaku Kenakalan Remaja Melalui Pendekatan Militer” dan berkedudukan sebagai tim kontra.

“Kami menolak mosi berdasarkan prinsip perlindungan anak dalam UU SPPA dan Konvensi Hak Anak. Selain itu beberapa riset yang kami bawakan mengatakan bahwa secara psikologis pendekatan militer juga berisiko terhadap psikologi anak jangka panjang. Sebagai solusi, kami menawarkan pendekatan berbasis rehabilitasi psikososial, pendidikan karakter, hingga pembinaan komunitas melalui model restorative justice,” ujar Vinli.

Ketua Delegasi Frascatia menyampaikan bahwa ia dan tim melakukan persiapan yang cukup singkat. Terlebih pada mosi semifinal dan final yang berjumlah empat diselesaikan dalam waktu dua hari. Namun, dengan pembagian peran pembicara yang solid dan koordinasi yang baik, tim mampu merespons setiap mosi dengan analisis yang matang dan argumentasi yang terstruktur.

”Kami dituntut untuk menyajikan argumentasi sekaligus solusi konkret bagi setiap permasalahan mosi. Terlebih ada 32 perguruan tinggi yang ikut dalam perlombaan, sehingga cukup ketat setiap babaknya,” tutur Frascatia.

Anggota Delegasi Ferio mulanya tidak menyangka dapat menjadi Best Speaker. Dalam hal ini Best Speaker merupakan penghargaan individu yang diberikan kepada pembicara dengan poin tertinggi selama perlombaan. Ia mendapat poin kumulatif sebesar 530 pada babak semifinal dan final.

“Setelah melewati banyak kalah, menang, dan evaluasi ternyata di lomba kali ini berkesempatan menjadi Best Speaker. Tentunya merasa terhormat sekaligus menjadi pengalaman luar biasa,” kesan Ferio. [FIM/RMA/HUMAS FH]